Senin, 25 Februari 2019
LAWAN HOAX PEMILU DENGAN TAGLINE PEMILU PURPLE (PURE AND PRINCIPLE)
Atmosfer
panasnya persaingan jelang pesta demokrasi terbesar di Indonesia kini semakin kita
rasakan hampir setiap harinya. Memanasnya
situasi politik jelang penyelenggaran PEMILU 2019, tidak terlepas dari adanya
peran berita bohong atau yang lebih kita kenal dengan istilah "hoax".
Berita bohong atau “hoax” banyak mewarnai perbincangan masyarakat jelang
PEMILU 2019 akhir-akhir ini. Hal ini tentu saja akan menjadi ancaman tersendiri
dalam suksesnya penyelenggaraan PEMILU 2019.
Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) juga telah
mencatat penyebaran kabar bohong atau hoaks akan semakin meningkat jelang
Pilpres 2019. Berdasarkan data Mafindo selama Juli-Agustus 2018, hoaks politik
paling banyak dibandingkan isu lainnya. Mafindo mencatat terdapat 230 hoaks yang terklarifikasi
sebagai disinformasi selama periode Juli-September 2018. Rinciannya, hoaks pada
Juli 2018 sebanyak 65 konten, Agustus 2018 sebanyak 79 konten, dan meningkat
menjadi 107 konten pada September 2018.
Jika berkaca pada Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu, maka hoax
dinilai menjadi ancaman yang serius jelang PEMILU 2019. Hal tersebut dipertegas
oleh pihak Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kementerian Kominfo) dengan
menunjukkan data bahwa ada sebanyak 62 konten hoax terkait Pemilu 2019
diidentifikasi telah terjadi selama Agustus-Desember 2018. Hoax paling banyak
teridentifikasi pada bulan Desember 2018.
Sarana yang paling banyak digunakan untuk menyusun hoaks itu,
yakni narasi dan foto (50,43%), narasi (26,96%), narasi dan video (14,78%), dan
foto (4,35%). Dari jumlah tersebut, hoaks paling banyak disebarkan di Facebook
(47,83%), Twitter (12,17%), Whatsapp (11,74%), dan Youtube (7,83%).
Tidak
cukup sampai disitu, bahkan memasuki fase kuartal pertama tahun 2019, kita
telah banyak menerima informasi seputar hoax yang beredar utamanya mengenai
Pilpres 2019. Artinya tidak dapat kita bendung lagi bahwa cepatnya pertumbuhan era
digitalisasi jutru menjadi bagian yang memiliki peran besar dalam gencarnya arus
persebaran hoax di sosial media. Dan kini memunculkan perspektif yang beragam di
kalangan masyarakat terhadap isu politik jelang PEMILU 2019.
Ada
yang santai menanggapi isu tersebut, ada pula yang naik pitam hanya karena
tidak terima jika paslon pilihannya mendapatkan fitnah-fitnah yang bertebaran
akibat hoax tersebut sehingga menimbulkan beragam pola interaksi yang pro dan
kontra terhadap dukungan salah satu paslonb tersebut. Jika demikian yang
terjadi akankah kita mampu memerangi hoax demi menyelenggarakan PEMILU yang
damai, berkualitas dan bermartabat ?
Hal
yang sejatinya patut kita sadari setiap menjelang tahun politik yaitu
bahwasanya PEMILU adalah bagian dari demokrasi di Indonesia sebagaimana diatur
dalam perundang-undangan. Oleh karena itu, semestinya demi mendukung suksesnya
penyelenggaraan PEMILU, publik seharusnya tidak lantas bersih tegang hanya
karena menjadi pendukung yang tengah mengampanyekan jagaoannya, mereka harus
diberikan pemahaman bahwa persaingan menjelang pemilu adalah hal yang biasa
saja.
Tidak
elok rasanya jika kita sebagai penentu calon pemimpin masa depan justru tidak
objektif dan mudah terprovokasi pada berita-berita yang disebarkan oleh
oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab tersebut. Karena sejatinya yang perlu
kita nilai untuk memimpin Indonesia di masa yang akan dating adalah perihal
pertarungan harus mengedepankan ide dan gagasan sebagai upaya mewujudkan pembangunan
nasional yang berkelanjutan.
Oleh
karenanya, tagline “PEMILU PURPLE (Pure
and Principle)” merupakan bentuk sederhana yang mesti dimakanai oleh seluruh
komponen masyarakat di negeri ini, bahwasanya “PURPLE” adalah singkatan dari
kata pure yang berarti murni dalam Bahasa
inggris dan principle berarti prinsip
juga dalam Bahasa inggris.
Jika
ditarik lurus benang merahnya, makna kata “Murni” disini menjelaskan bahwasanya
PEMILU merupakan hal yang menjadi bagian alami dan penting untuk
diselenggarakan di negeri ini. Oleh karena itu, segala macam perselisihan yang
menyebabkan rusaknya keutuhan bangsa akibat berbagai isu yang beredar dalam
penyelenggaraannya, akan merusak nilai-nilai yang murni kita bangun untuk
meneruskan perjuangan dalam asas pembangunan nasional berkelanjutan yang jauh
lebih baik.
Selanjutnya,
makna kata “Prinsip” memberikan penekanan pada semua pihak, baik itu
penyelenggara, pengawas, pelaku politik serta pendukungnya mesti berprinsip
dengan tegas untuk menaati aturan yang berlaku. Jika masing-masing dari kita
memiliki prinsip yang baik terhadap penyelenggaraan pemilu maka dapat
dipastikan bahwa prinsip tersebut akan mengantarkan kita sebagai negara yang
bermartabat, negara yang damai dan negara yang berkualitas. Karena kita
berprinsip untuk menjunjung tinggi berbagai asas-asas dalam penyelenggaraan PEMILU
dan menjadikan diri kita tidak mudah menelan mentah-mentah informasi yang tidak
jelas sumbernya dan membuktikan bahwa hoax bukanlah lawan sepadan untuk
meruntuhkan NKRI jelang penyelenggaraan PEMILU nantinya.
Tagline
PEMILU PURPLE adalah warisan sederhana yang harus diterapkan di negeri ini,
kita sebagai warga negara yang baik, sah saja memberikan dukungan terhadap
pilihan kita dalam dunia politik, akan tetapi prinsip pelaksanaannya memiliki
mekanisme yang mengatur di dalamnya. Sehingga mewujudkan Sukses PEMILU Indonesia
yang damai, bermartabat dan berkualitas bukanlah hanya tugas penyelenggara dan
pengawas saja, melainkan butuh partisipasi kita sebagai rakyat.
Karena
sejatinya, demokrasi terlahir dari, oleh dan untuk rakyat. Artinya segala
keputusan apapun yang diputuskan dalam demokrasi, akan menjadi bagian yang
harus kita terima dan senantiasa kita jaga serta rawat agar Indonesia menjadi
negara yang lebih baik di masa-masa yang akan datang.
Untuk
mewujudkan semua itu, mari Bersama kita lawan hoax yang beredar dengan tagline “PEMILU
PURPLE (Pure and Principle)”. Dan
jangan lupa perkaya literasi bukan sekedar imajinasi, karena hoax tumbuh akibat
imajinasi yang tidak didukung oleh literasi.
Kamis, 25 Oktober 2018
SENTRA IKM TANGGULANGIN: REVITALISASI, STRATEGI JITU UNTUK BANGKIT MENDUNIA ?
(sumber gambar: https://medium.com/@ganesa1412/ikm-tas-koper-tanggulangin-mencoba-bangkit-12-tahun-pasca-bencana-lumpur-lapindo-b7309e1f0b3b)
Kegiatan industri
ekonomi kreatif kini kian menjadi bagian peranan penting sebagai tombak
pembangunan perekonomian Indonesia. Seperti kita ketahui bersama bahwa wilayah
Sentra Industri Kecil dan Menengah (IKM) Tanggulangin pernah menjadi bagian
sejarah kelam di Indonesia akibat musibah lumpur lapindo yang terjadi pada
tahun 2006 silam.
Dibalik fenomena itu,
Sentra IKM Tanggulangin yang terkenal dengan ciri khas kerajinan dari kulitnya
mulai kehilangan segmen pasar penjualan produknya. Seiring berjalannya waktu
invasi teknologi digadang-gadang menjadi persoalan utama bahwa masyarakat kini
mulai merambah situs jual beli online sebagai tren pemasaran era digital. Hal
itulah yang menyebabkan pendapatan masyarakat di wilayah Tanggulangin untuk
beberapa waktu berjuang menyudahi musim panceklik yang terjadi.
Kini perhatian
pemerintah tengah digalakkan sebagai bagian perwujudan membangun kesejahteraan
Sentra IKM Tanggulangin. Salah satunya dengan revitalisasi kawasan tersebut
dengan rebranding yang mengangkat
konsep 3 in 1 (Three in One), dimana dalam konsep tersebut akan menjadikan kawasan
Sentra IKM Tanggulangin sebagai destinasi tujuan wisata baru di Sidoarjo, Jawa Timur.
Adapun cakupan konsep
tersebut terdiri dari wisata belanja, wisata budaya dan kuliner serta wisata
edukasi industri. Gagasan tersebut tentu akan menjadi titik kebangkitan dan daya
tarik tersendiri untuk berbagai kalangan agar lebih mengenal dan mengetahui
tidak hanya sejarah kelam yang pernah terjadi di wilayah tersebut, akan tetapi
juga akan menonjolkan sisi baru ke dalam rebranding
tersebut.
Komitmen kuat untuk
memulai proses kebangkitan tersebut digagas langsung oleh Kementerian
Perindustrian dengan menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo,
Jawa Timur untuk melaksanakan program Revitalisasi Sentra Industri Kecil dan
Menengah (IKM) di Kecamatan Tanggulangin. Sasaran dari program revitalisasi
tersebut, antara lain untuk memacu produktivitas dan daya saing dari para
perajin yang mayoritas memproduksi barang jadi kulit.
Lewat revitalisasi ini
tentu para perajin di sentra IKM Tanggulangin akan ikut serta sebagai bagian
terpenting dalam aspek penguatan rebranding program ini. Dan tujuan akhir dari
gagasan ini tentunya dengan harapan bahwa masyarakat akan terbantu dari segi
penjualan dan wilayah Tanggulangin akan terkenal citra barunya sebagai kawasan
wisata terpadu.
Sebuah mimpi yang patut
diperjuangkan, optimisme membangun kawasan yang terkenal akan kualitas
kerajinan kulitnya akan berupaya meningkatkan segmentasi penjualannya hingga
mancanegara dan menunjukkan sekali lagi bahwa kualitas produk dalam negeri
tetap akan mampu bersaing di kancah Internasional.
Untuk mengasah mimpi
dan mewujudkan hal-hal tersebut ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama
perlu adanya peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) di wilayah Sentra
IKM Tanggulangin dengan pendidikan dan pelatihan digital marketing, hal ini
menjadi tolak ukur penting mengingat kini invasi era ekonomi digital kian marak
merambah banyak kalangan wirausaha. Tentu saja selain segi kualitas yang ingin
ditunjukkan, SDM yang ada juga perlu belajar sesuatu yang baru dalam strategi
pemasaran.
Uraian singkat tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa perkembangan
teknologi informasi dan penetrasi internet di pelosok daerah telah mendorong
pertumbuhan pengguna internet di Tanah Air. Bila dibanding negara lain,
pertumbuhan pengguna internet Indonesia tidak hanya melampaui rata-rata, tapi
juga merupakan yang tersebesar di dunia. Menurut survei We Are Social (2017), pengguna internet di Indonesia mencapai 132,7
juta atau 51 persen dari total populasi. Angka itu mengalami pertumbuhan 51
persen atau 45 juta pengguna dalam kurun waktu satu tahun. Indonesia berada di
posisi teratas, diikuti Filipina dan Meksiko yang tumbuh sebesar 27 persen. Dari
jumlah itu, sebanyak 106 juta (40 persen) orang aktif di media sosial. Telephone
seluler (ponsel) menjadi media yang dipilih untuk mengakses media sosial yaitu
sebesar 92 juta.
Tingginya pertumbuhan
pengguna internet itu juga diimbangi dengan tingginya pemilik ponsel yaitu
sebesar 91 persen populasi Indonesia. Sedangkan pengguna smartphone berjumlah 47
persen. Dapat disimpulkan bahwa laju era digital akan berbanding lurus dengan
tingginya tingkat penggunaan smartphone
tersebut.
Jika kita tidak
berpikir maju, maka kita akan kalah digerus waktu dengan kecanggihan teknologi
saat ini. Oleh karena itu, dalam strategi revitalisasi hendaknya rebranding akan memberikan berbagai
kemudahan dan daya tarik tersendiri dari segi penjualan dengan konsep kawasan
wisata terpadu tersebut.
Karena pada dasarnya
menarik orang lain untuk hadir di tempat dan bertatapan langsung dengan wajah
penjual menjadi tantangan tersendiri untuk saat ini. Jika rebranding tidak memanfaatkan digitalisasi dalam menarik minat
konsumen maka kebangkitan ini tidak akan menjadi tolak ukur kemajuan dalam upaya
membangkitkan Sentra IKM Tanggulangin tersebut.
Singkat cerita,
optimisme sangatlah perlu dihadirkan dalam inovasi. Akan tetapi, mendesain
gagasan baru dengan perhitungan langkah yang tepat akan memberikan kemudahan
dalam membangkitkan sektor ekonomi kreatif yang ada di Sentra IKM Tanggulangin
tersebut. Komitmen kerjasama banyak pihak terkait akan menjadi acuan utama
dalam tolak ukur keberhasilannya. Sebagai saran menciptakan aplikasi berbasis
digital tentang Sentra IKM Tanggulangin akan menjadi strategi pemasaran yang
baik dalam membangun rebranding tersebut.
Sebagai seorang muslim,
banyak dari kita bisa belajar dari makna Firman Allah Swt dalam Qur’an Surah
Ar-Rad ayat 11 berikut ini :
Allah Subhanahu wa
Ta’ala tidak merubah keadaan suatu kaum yang berada dalam kenikmatan dan
kesejahteraan, sehingga mereka merubahnya sendiri. Juga tidak merubah suatu
kaum yang hina dan rendah, kecuali mereka merubah keadaan mereka sendiri. Yaitu
dengan menjalankan sebab-sebab yang dapat mengantarnya kepada kemulian dan
kejayaan. Inilah yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ
مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” [Ar-Ra’d/13:11].
Minggu, 30 September 2018
IMPIAN MENCARI TEMAN BAHAGIA BERSAMA ASUS ZENBOOK UX331UAL
Dalam sebuah perjalanan, kita akan
selalu menemukan serpihan kenangan yang ingin kita abadikan selama-lamanya. Ya
hampir semua orang saat ini memiliki rutinitas serupa. Tak lengkap rasanya di
era serba digital saat ini, dimana semua orang bisa melakukan berbagai hal
sekaligus dengan menggunakan sebuah perangkat yang mampu melakukan berbagai
tugas dalam waktu yang bersamaan atau kita kenal dengan istilah multi tasking.
Multi
tasking kini mengambil peranan penting dalam hidup ini
termasuk diri saya pribadi sebagai pengguna yang menyukai berbagai user experience dari sebuah gadget untuk
memenuhi keperluan dalam kegiatan sehari-hari. Tentu sebuah gadget yang mampu
melaksanakan multi tasking menjadi
sangatlah penting dan dibutuhkan kapan pun dan dimana pun kita berada.
Memiliki hobi dan pekerjaan yang
memanfaatkan teknologi gadget setiap harinya. Rasanya user experience yang saya dapat dengan menggunakan laptop saya saat
ini masih belum memenuhi ekspektasi saya pribadi.
Bukan meremehkan, tetapi kita ketahui
bersama bahwa teknologi terus berkembang setiap waktu. Dan ketika semua hal
mulai terasa baru dan kita sulit mengadaptasinya kita bak terjebak dalam masa
lalu dan berusaha menjalankan segalanya dengan cara yang lama. Ada beberapa hal
yang selalu mengganggu saya dengan menggunakan laptop saat ini sebagai daily driver. Pertama, karena sudah
lebih dari 5 Tahun penggunaan, sehingga kini kinerja dan performa dari laptop
saya mulai menurun dan kurang gesit untuk menyokong aktivitas saya dalam hal
menulis, presentasi dan juga hal-hal yang berhubungan dengan editing dan juga desain grafis. Ditambah
lagi dengan performa baterai yang kini sudah tidak mendukung fleksibilitas
untuk kemana-mana, menjadikan semua terasa rumit karena harus stand by dengan stop kontak dan charger
laptop kemanapun saya ingin bepergian.
Saya yakin pasti diantara kalian yang
membaca tulisan ini pasti ada yang memiliki user
experience yang sama seperti yang saya tulis. Lalu adakah hal lain yang ingin
dilakukan untuk menutupi semua kekurangan itu ?
Jawabannya pasti ada. Kenapa ? Karena gadget sebagai daily driver adalah kebutuhan mutlak di era serba digital saat ini,
bak menemukan seorang teman yang mampu mendukung dan menunjang segala aktivitas
harianmu. Tentu kamu pasti memiliki impian untuk mencari seorang teman yang
bisa membuatmu bahagia. Itulah alasan mengapa banyak orang yang mengandaikan
gadget sebagai teman terbaik dalam hidupnya, karena bak seorang teman yang
setia gadget yang berkualitas akan
menjadi pendukung dan penunjang performa dirimu dalam aktivitas sehari-hari.
Menarik bukan ? Kira-kira ada nggak ya laptop yang bisa menjadi simbol untuk
memenuhi ekspektasi kamu yang dalam keseharian bisa menjadi teman bahagia
setiap waktu ?
1.
Desain
Mantap dengan Material Berkualitas
Sebagai salah satu brand gadget
terkemuka yang terkenal di berbagai negara khususnya di Indonesia. Asus tiada
henti-hentinya membuat kita merasa terperangah dan ingin terus mengikuti
perkembangan teknologi yang dikembangkan oleh Asus. Kali ini dengan memboyong
ASUS ZenBook 13 UX331UAL, laptop satu ini menujukkan segi kualitasnya dengan
memiliki ketebalan yang sama seperti saudaranya, ZenBook UX331UN yakni hanya
13,9 milimeter. Akan tetapi ia berhasil menjadi laptop dengan desain yang lebih
ringan dari saudaranya yakni hanya menembus angka di bawah 1 kilogram untuk
bobot keseluruhan. Tepatnya, hanya 985 gram saja. Udah pasti ringan gak tuh.
Hal tersebut tidak terlepas oleh
material yang digunakan dalam konstruksinya yaitu magnesium
alloy yang sangat ringan dan penggunaan integrated
graphics yang dinilai sebagai penyebab laptop menjadi lebih sejuk, lebih
hemat energi sehingga bobot yang ditawarkan pun menjadi lebih ringan. Kalau sudah
begini kurang fleksibel apa coba ? Dan yang paling penting dari keseluruhan
desain ASUS ZenBook 13 UX331UAL yaitu, ia dijamin tangguh setelah dinyatakan
lolos pengujian berat standar daya tahan military-grade
MIL-STD 810G untuk memastikan perangkat dapat dioperasikan di berbagai kondisi
lingkungan. Tak hanya itu, ia juga telah melewati pengujian internal ASUS yang
sebenarnya pun sudah melampaui standar industri.
2.
Performa
yang Mumpuni
Selain dari segi desain dan
materialnya. Performa yang ditawarkan oleh Laptop ASUS ZenBook 13 UX331UAL ini
terbilang sangat meyakinkan. Mengapa ? Desain yang ringkas dengan layar
berukuran 13,3 inci dan resolusi Full HD tentu saja akan memanjakan kita dengan
user experience yang sangat baik. Dengan ukuran layar tersebut saturasi warna
dan tingkat kejernihan layar yang ditampilkan akan jauh lebih baik dibandingkan
dengan laptop lainnya yang masih menggunakan resolusi HD dan dibawahnya. Buat
kamu yang setiap hari selalu menghabiskan waktu dengan gadget tentu akan merasa
semeringah setiap kali menatap kualitas visualisasi yang ditampilkan pada layar
laptop ini.
Dari segi audio, kualitas suara
yang dihasilkan juga turut ambil andil dalam memberikan kesan yang baik pada
laptop satu ini. Menyematkan fitur yang menjadi fitur unggulan Asus sendiri
yaitu Sonic Master Technology, buat
pengguna Asus pasti sudah merasakan betapa baiknya kualitas audio yang
dihasilkan melalui speaker yang
disematkan ke dalamnya. Penasaran kan ?
Selain itu, berbicara soal
performa. Nilai tambah produk satu ini dibuktikan dengan adanya fitur Wi-Fi Master. Dengan adanya Wi-Fi Master, pengguna bisa menikmati streaming video FullHD YouTube yang lebih lancar pada jarak 300
meter atau lebih, atau setidaknya pada jarak 225 meter meski ada interferensi
dari perangkat USB 3.0. Jarak ini sekitar 65 meter lebih jauh dibandingkan
dengan laptop lain pada umumnya yang tidak memiliki Wi-Fi Master. Siapa sih hari gini yang nggak buka channel yang satu ini, tentu saja dengan
fitur ini rutinitasmu akan menjadi sangat menyenangkan.
3.
Kinerja
Optimal dan Baterai Awet
Meskipun kecil, ASUS ZenBook 13 UX331UAL
rupanya menyimpan spesifikasi yang amat baik. Untuk kemampuan Multi Tasking yang ditawarkan dalam
membuka berbagai aplikasi Microsoft
Office dan Desain Grafis berjalan dengan baik dan lancar. Ditunjang dengan
performa dari CPU Intel® Core™ i5-8250U Processor, 6M Cache, up to 3.40 GHz hal
tersebut terasa tidak mustahil apalagi ditambah dengan dukungan RAM 8GB membuat
kinerja dari laptop tersebut menjadi lancar dan nyaman.
Kemudian untuk performa baterainya
bisa terbilang cukup awet saat digunakan secara multitasking non-stop, aplikasi pengukuran baterai PCMark
menunjukkan bahwa baterai pada ZenBook 13 UX331UAL sanggup memasok daya hingga
4 jam 43 menit. Tentunya, kalau penggunaan Anda tidak terlalu intensif seperti
pengujian benchmark tersebut, baterai
tentu sanggup bertahan jauh lebih lama. Dalam skenario tertentu, ASUS bahkan mengklaim
baterai laptop ini sanggup bertahan hingga 15 jam.
Jadi selain menawarkan keringkasan
guna menyokong fleksibilitas dengan kinerja baterai yang baik, laptop ini cocok
untuk menemani keseharian kamu kesana kemari.
Itu tadi ulasan singkat yang membuat
kita semua ingin mengenal lebih jauh produk yang ditawarkan oleh Asus kali ini.
Dengan prioritas untuk mobilitas tanpa batas dan mampu mendukung aktivitas yang
membutuhkan efisiensi, ASUS ZenBook 13 UX331UAL hadir untuk memenuhi ekspektasi
banyak kalangan Mahasiswa, Traveler,
Businessman dan lain sebagainya yang membutuhkan keunggulan-keunggulan yang
ditawarkan tersebut. Buat saya pribadi sebagai salah seorang yang memiliki hobi
menulis, dengan memiliki gadget yang satu ini akan memberikan kesempatan saya
menemukan impian sebagai sosok teman bahagia dalam kehidupan aktivitas
sehari-hari.
Desain, Kinerja, Performa dan Kualitas ASUS
ZenBook 13 UX331UAL, mungkin belum menjadi yang paling sempurna, akan tetapi
apresiasi sebesar-besarnya karena ASUS sebagai Brand Teknologi terus berinovasi
dan membuat orang-orang kian mengagumi produk-produk yang ditawarkannya. Terakhir
sebagai penutup, era digital adalah era generasi up to date, untuk itu buat kamu yang tidak ingin tertinggal yuk
kejar impianmu dengan #2018PakaiZenBook.
Kamis, 27 September 2018
PENCEGAHAN STUNTING, INVESTASI DINI DALAM MERAIH PELUANG BONUS DEMOGRAFI
Sejak
deklarasi MDGs (Millenium Development
Goals) pada tahun 2000, Indonesia telah mengimplementasikan kebijakan,
program dan kegiatan untuk mencapai target MDGs dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
rakyat Indonesia. Namun, hingga akhir implementasinya beberapa target MDGs masih
belum bisa tercapai sehingga dilanjutkan kembali pencapaiannya melalui program
SDGs (Suistainable Development Goals) yang mulai diterapkan
sejak tahun 2015 hingga tahun 2030 yang akan datang. Salah satu isu utama yang
belum tercapai dalam MDGs dan terus didorong sebagai salah satu pilar tujuan
utama SDGs yaitu permasahan dalam mencari solusi berkelanjutan untuk
menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta
mencapai ketahanan pangan.
Berdasarkan data yang disampaikan
oleh Bapak Subandi Sardjoko selaku Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat
dan Kebudayaan, Kementerian PPN/Bappenas dalam Konferensi Nasional Ke-7 Promosi
Kesehatan pada tanggal 13 September 2017 lalu di Jakarta. Dapat kita cermati
bahwa data tersebut yang merujuk pada sumber data Riskesdas sejak tahun 2007, 2010, 2013 dan hasil sementara Sirkesnas 2016 menunjukkan
hasil bahwa kualitas angka kecukupan gizi pada masa implementasi MDGs masih
belum memadai. Hal ini dibuktikan sebagaimana prevalensi angka kekurangan gizi
dan stunting pada balita di Indonesia
yang masih tinggi. Sehingga dalam hal ini perlu adanya optimalisasi dari
Pemerintah kita dalam menyeleraskan program SDGs dengan intervensi yang memadai
melalui Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) dalam mengatasi
persoalan tersebut.
Sejatinya upaya
peningkatan status gizi masyarakat termasuk penurunan prevalensi balita pendek
(stunting) menjadi salah satu
prioritas pembangunan nasional yang tercantum di dalam sasaran pokok Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2015–2019. Target penurunan prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada
anak baduta (dibawah 2 tahun) adalah menjadi 28% (RPJMN, 2015 – 2019). Hal tersebut seiring dan sejalan dengan hasil
yang ditunjukkan pada Riset Kesehatan Dasar 2013 yang mencatat prevalensi stunting nasional mencapai 37,2 persen,
meningkat dari tahun 2010 (35,6%) dan 2007 (36,8%). Artinya, pertumbuhan tak
maksimal diderita oleh sekitar 8,9 juta anak Indonesia, atau satu dari tiga
anak Indonesia. Prevalensi stunting
di Indonesia lebih tinggi daripada negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti
Myanmar (35%), Vietnam (23%), dan Thailand (16%).
Stunting
merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang
kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan gizi. Ada banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah gizi
kronis sebagai penyebab terjadinya stunting
di antaranya yaitu dipengaruhi dari kondisi ibu/calon ibu, masa janin, dan masa
bayi/balita, termasuk penyakit yang diderita selama masa balita. Seperti
masalah gizi lainnya, tidak hanya terkait masalah kesehatan, namun juga
dipengaruhi berbagai kondisi lain yang secara tidak langsung mempengaruhi
kesehatan. Beberapa studi menunjukkan risiko yang diakibatkan stunting yaitu penurunan
prestasi akademik (Picauly & Toy, 2013), meningkatkan risiko obesitas
(Hoffman et al, 2000; Timaeus, 2012)
lebih rentan terhadap penyakit tidak menular (Unicef Indonesia, 2013) dan
peningkatan risiko penyakit degeneratif (Picauly & Toy, 2013, WHO, 2013,
Crookston et al 2013).
Oleh karenanya upaya
perbaikan harus meliputi upaya untuk mencegah dan mengurangi gangguan secara langsung
(intervensi gizi spesifik) dan upaya untuk mencegah dan mengurangi gangguan
secara tidak langsung (intervensi gizi sensitif). Intervensi gizi spesifik umumnya
dilakukan di sektor kesehatan, namun hanya berkontribusi 30%, sedangkan 70% nya
merupakan kontribusi intervensi gizi sensitif yang melibatkan berbagai sektor
seperti ketahanan pangan, ketersediaan air bersih dan sanitasi, penanggulangan
kemiskinan, pendidikan, sosial, dan sebagainya. Secara umum penanganan
permasalahan stunting yang terjadi
saat ini sangat berkaitan erat dengan aspek pembangunan lainnya yang menjadi
bagian dari implementasi pada SDGs (Suistainable Development Goals).
Besarnya perhatian
pemerintah dalam pengentasan permasalahan stunting
ini, tentu saja memiliki tujuan khusus yang ingin dicapai dalam akselerasi
pembangunan kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang. Mengapa
demikian ? Karena, proyeksi pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahunnya
terus meningkat. Laju pertumbuhan penduduk tersebut digadang-gadang akan
mengalami bonus demografi dalam beberapa dekade yang akan datang. Bonus
demografi muncul manakala rating usia produktif (15–64 tahun) berada pada angka
70% dari total jumlah penduduk. Intinya, jumlah 70% nanti akan menopang hidup
30% usia nonproduktif yang terdiri atas usia di bawah 15 tahun dan 65 tahun/keatas.
Hal tersebut dapat diartikan pula bahwa bonus demografi merupakan kondisi
dimana populasi usia produktif lebih banyak dari usia non-produktif.
Indonesia sendiri
diprediksi akan mengalami puncak bonus demografi pada 2030 mendatang. Pada
rentang tahun 2020-2030, Indonesia akan memiliki sekitar 180 juta berusia
produktif, sedang usia nonproduktif sekitar 60 juta jiwa, atau 10 orang usia
produktif hanya menanggung 3 atau 4 orang usia non-produktif, sehingga jika
permasalahan stunting ini tidak
segera mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah saat ini maka dampaknya
akan terjadi di masa yang akan datang yaitu kegagalan dalam meraih bonus
demografi. Hal tersebut diperkuat dengan data yang ditunjukkan oleh Riskesdas,
2013 mengenai prevalensi stunting
menurut kelompok umur di Indonesia rata-rata terjadi pada usia yang masuk ke
dalam kategori usia produktif dan bakal calon produktif dalam beberapa dekade
yang akan datang.
Hal tersebut sejalan pula
dengan penyampaian oleh Wapres JK yang dikutip dari laman www.sehatnegeriku.kemkes.go.id
yaitu “Kalau yang lahir hari ini
tidak diberikan gizi yang baik, baik ibu dan anaknya, tidak diberikan ASI
Eksklusif maka 20 atau 30 tahun yang akan datang, generasi kita (Indonesia)
menjadi generasi yang stunting (kerdil). Berbicara masalah stunting, kita
sedang membicarakan bangsa ini ke depan,” ujar Wapres JK saat memberikan arahan
dalam pembukaan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi Tahun 2018 di salah satu
hotel di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa pagi (3/7). Selain itu
beliau juga menegaskan bahwa bangsa yang generasi penerusnya stunting akan berdampak pada rendahnya
daya saing dan produktifitas negara. Lalu intervensi apa yang bisa dilakukan
sebagai upaya penanganan kasus stunting
saat ini ?
Sebagaimana yang telah
dipaparkan sebelumnya bahwa upaya perbaikan yang dilakukan harus meliputi upaya
untuk mencegah dan mengurangi gangguan secara langsung (intervensi gizi
spesifik) dan upaya untuk mencegah dan mengurangi gangguan secara tidak langsung
(intervensi gizi sensitif). Implementasi kedua hal tersebut dapat terwujud
dengan adanya komitmen yang baik dari Pemerintah Indonesia. Pemerintah
berkomitmen untuk mengurangi stunting
dan meningkatkan standar sanitasi. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
telah menargetkan penurunan angka stunting
pada anak di bawah lima tahun. Pemerintah bersama pemangku kepentingan lainnya
telah menyepakati sejumlah intervensi gizi spesifk, atau langsung, untuk
mencegah dan menanggulangi stunting, antara
lain:
1. Promosi
ASI dan Makanan Pendamping ASI yang bergizi,
2. Pemberian
tablet zat besi-folat atau multivitamin dan mineral untuk ibu hamil dan menyusui,
3. Pemberian
zat penambah gizi mikro untuk anak,
4. Pemberian
obat cacing pada anak,
5. Pemberian
suplemen vitamin A untuk anak balita,
6. Penanganan
anak dengan gizi buruk,
7. Fortifkasi
makanan dengan zat gizi mikro seperti Vitamin A, besi dan yodium,
8. Pencegahan
dan pengobatan malaria bagi ibu hamil, bayi dan anak-anak.
Selain itu, intervensi
juga dilakukan dalam sektor-sektor lain untuk menanggulang penyebab tidak
langsung terjadinya kurang gizi, seperti lingkungan yang buruk, kurangnya akses
terhadap layanan kesehatan berkualitas, pola asuh yang tidak memadai serta permasalahan
ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Contoh dari intervensi-gizi sensitif
atau tidak langsung ini meliputi:
1.
Intervensi pola hidup bersih sehat
(PHBS) seperti cuci tangan pakai sabun dan peningkatan akses air bersih,
2.
Stimulasi psikososial bagi bayi dan
anak-anak,
3.
Keluarga Berencana,
4.
Kebun gizi di rumah/di sekolah,
diversifkasi pangan, pemeliharaan ternak dan perikanan,
5.
Bantuan langsung tunai yang digabungkan
dengan intervensi lain seperti pemberian zat gizi dan pendidikan terkait
kesehatan dan gizi.
Selain itu, Pemerintah juga
melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), pendekatan untuk mengubah
perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode
pemicuan. Program tersebut bertujuan mengurangi kejadian penyakit diare dan penyakit
berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. Tiga
komponen strategi STBM adalah penciptaan lingkungan yang kondusif, peningkatan kebutuhan
sanitasi, dan peningkatan penyediaan akses sanitasi.
Sampailah kita pada
akhir sebuah kesimpulan, pada dasarnya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat
melalui Pencegahan Stunting membutuhkan
peran serta banyak pihak. Karena sejatinya terdapat investasi besar yang ingin
dicapai dalam akselerasi pembangunan Indonesia di masa yang akan datang. Jika
kita ingin memperoleh kebaikan dari hasil bonus demografi, maka saat ini kita
perlu membuat investasi sedini mungkin melalui kontribusi nyata dalam upaya perbaikan
gizi masyarakat dan pembangunan sumber daya manusia yang unggul mulai saat ini.
Untuk mewujudkan hal tersebut sebagai warga negara kita juga bisa ikut
bersumbangsi dan mengambil peran untuk berpartisipasi aktif melalui
gagasan-gagasan kreatif sebagai perpanjangan tangan pemerintah misalnya dengan
menerapkan pola hidup bersih dan sehat, rajin berolahraga, perbanyak makan
sayur dan buah, dan cek kesehatan secara berkala. Sederhananya perhatian kecil
yang kita berikan jika dilakukan oleh semua pihak dan kalangan akan melahirkan
sebuah investasi yang besar di masa yang akan datang. Oleh karena itu, kita
harus optimis dan senantiasa mendukung langkah pemerintah untuk terus
mengoptimalkan kinerjanya dalam mewujudkan Indosnesia Sehat melalui Pencegahan Stunting.